Jumaat, 27 November 2009

ibrah sekitar aidil adha


ada sebuah kisah keteladanan...

lama dulu berlaku....
kurang lebih sekitar tarikh ini...

saat kerinduan untuk pulang tanah lahirnya kehidupan dan cahaya kepada alam ini..
maka berbondong-bondong sahabat bersama sang Rasul junjungan, maju ke kota mekah untuk pertama kalinya rombongan haji yang dipimpin Rasulallah.

Namun, yang terjadi kemudian adalah peristiwa yang kita kenal sebagai perjanjian hudaibiyah. Banyak sahabat Rasul kecewa dengan penandatangan perjanjian itu. Mereka masih belum mengetahui sisi strategis perjanjian itu.

Ketika Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat ”Berdirilah, lalu sembelihlah” tidak ada
seorang pun yang berdiri dari tempat duduknya. Bahkan ketika kata-kata itu diulangi tiga
kali oleh Rasulullah, masih saja belum membuahkan hasil.

Maka Rasulullah berdiri dari tempat duduk beliau dan masuk ke tempat Ummu Salamah. Beliau ceritakan kejadian ini kepada Ummu Salamah, isteri belahan hati baginda Nabi.

Istri yang cerdas inipun mengusulkan solusi bernas ”Wahai
Rasulullah, apakah Engkau menyukai (realisasi perintah) itu? Keluarlah dan jangan
bicara sepatah katapun dengan mereka, hingga Engkau menyembelih untamu dan
memanggil pencukurmu untuk mencukur rambutmu”

Lalu, Muhammad S.A.W pun melaksanakan usul cadangan istrinya. Melihat hal itu, para sahabat langsung berdiri, menyembelih unta mereka dan mencukur rambut mereka.

lalu barulah para shabat ikut mencukur rambut (tahallul) dan menyembelih haiwan korban.

Ternyata, keteladanan lebih ampuh dari pada perkataan.



Rasulullah telah mengajarkan satu hal lagi kepada kita. Bahwa fatwa memang
diperlukan, kata-kata nasihat masih dibutuhkan, namun keteladanan lebih dikenang dan
lebih terpercaya untuk diikuti.



di situ letaknya hikmah, bagi seorang daie, amal buat, patah kata, dan sikap kecenderungan, serta pola pikirnya seharusnya menjadi qudwah, atau keteladanan.

suara praktis nya lebih kuat dari suara obrolan(cakapan)

bagaimana mahatma gandhi turun ke rel keretapi dan tidur di sana, sebagai aksi protes kepada pejajah Inggeris, lalu tidak hairanlah apabila sekali beliau menoleh ke kiri, jutaan rakyat India ikut menoleh bersama nya


maka, qudwah/keteladanan/contohan ini menuntut setiap generasi baru umat ini agar sentiasa ikhlas , optimis, dan yakin dengan apa dan kemana jalan yang akan kita tuju...


kalau murobbi sudah sahaja sudah futur, lemah ibadahnya, sikap yang rapuh pada maksiat, meliberalkan dan "mengislamkan" hedonisme serta perkara-perkara lagho, bagaimanana pula mutarobbinya.

moga kita dapat memperbaiki kondisi dan masa depan ummat bermula pada diri kita


......mereka akan bersumpah dengan berkata: Tidaklah yang kami kehendaki melainkan untuk kebaikan semata-mata. Padahal Allah menyaksikan, bahawa sesungguhnya mereka adalah berdusta.
at-taubah(9); 107



1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

like this